top of page
nicoamon

Lebih Cepat Deteksi Gejala, Perangkat Kesehatan dengan IoT Bisa Selamatkan Nyawa

Diperbarui: 1 Agu 2022

Di era Internet of Things (IoT) yang mengubah setiap lini kehidupan, bahkan kebiasaan manusia, semua sektor penunjang kegiatan sehari-hari harus terus beradaptasi dengan teknologi. Dunia kesehatan, di tengah pandemi COVID-19 menjadi sektor utama yang diharapkan dapat memanfaatkan IoT ke dalam sistem pelayanan. Ketika masyarakat dituntut untuk bisa membiasakan diri dengan tatanan hidup yang baru, sistem pelayanan kesehatan harus mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat dari segi perawatan hingga pengobatan.


Perangkat medis yang terhubung dengan internet, yang dikenal dengan istilah wearables, telah mengubah industri kesehatan, mulai dari memperbaiki proses manajemen bisnis, menciptakan nilai baru, meningkatkan efisiensi, hingga memberikan berbagai alternatif baru untuk menghasilkan profit dan memperbaiki pelayanan kepada pasien. Wearables dalam dunia kesehatan telah membuka banyak peluang. Alat-alat kesehatan yang terhubung ke perangkat dan tersambung dengan internet dapat mengumpulkan data-data pasien secara otomatis, sehingga dapat mempersingkat birokrasi dalam dunia kesehatan yang selama ini terkenal rumit dan panjang.


Inovasi Wearables Berteknologi IoT di Dunia Kesehatan

Dunia kesehatan yang masih terus berevolusi, cukup membantu para tenaga medis saat mendiagnosa penyakit yang dialami pasien. Data yang diperoleh dari perangkat berteknologi IoT dapat membantu para tenaga medis untuk membuat keputusan yang lebih baik, dan mendapatkan banyak manfaat dari pasien yang puas terhadap pelayanan yang diberikan. Alat-alat kesehatan yang terhubung dengan IoT dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh rumah sakit yang menyediakannya, dapat meningkatkan kemampuan pemantauan dan pengobatan penyakit dengan lebih cepat. Berikut ini adalah berbagai contoh wearables di dunia kesehatan yang menggunakan teknologi IoT:


1. Alat Pendeteksi Gula Darah

Satu dari 11 orang di dunia menderita penyakit diabetes setiap tahunnya, dan 46% di antaranya tidak mengetahui bahwa mereka telah terdiagnosa oleh diabetes. Saat ini, sudah tersedia peralatan berteknologi IoT untuk membantu dokter memasukkan insulin ke dalam tubuh, dan memantau kadar glukosa yang terdapat dalam tubuh pasien. Dua fitur tersebut sudah menjadi bagian dari wearables yang dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit diabetes ini.

Alat pendeteksi kadar glukosa yang saat ini banyak beredar di pasar luar negeri adalah Dexcom dan Eversense. Eversense adalah alat pertama yang mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) yang memiliki fitur sensor penuh untuk mendeteksi kadar glukosa dalam tubuh, dan dapat dipakai hingga 90 hari. Selain itu Beta Bionics juga mengembangkan wearable yang terintegrasi dengan IoT dan secara otomatis mampu mendeteksi kadar gula darah selama 24 jam bagi pasien diabetes tipe 1. Alat yang diciptakan oleh Beta Bionics ini kabarnya memiliki fitur yang lebih lengkap dan bisa digunakan oleh pasien secara mandiri. Namun, alat ini masih dalam tahap uji klinis dan belum dijual secara bebas.


Alat Deteksi Gula Darah

2. Alat Pendeteksi Penyakit Jantung

Penderita penyakit jantung dengan detak yang terlalu cepat atau takikardia, dan detak jantung tidak normal atau aritmia, dapat menggunakan sebuah alat bernama defibrillators, yang dapat membantu menjaga ritme detak jantung bagi para penderita, sehingga dapat mengurangi risiko serangan jantung mendadak yang dapat menyebabkan kematian yang mendadak pula bagi penderita penyakit jantung.

Alat ini bernama Zoll LifeVest 4000 yang membantu memantau ritme detak jantung, memperingatkan penggunanya ketika ritme detak jantung menjadi tidak normal dan dapat membahayakan nyawa, untuk menyelamatkan pasien dari risiko kematian mendadak. Perangkat ini juga dilengkapi dengan fitur kejut untuk memulihkan detak jantung pasien ke ritme yang normal. Pasien yang menderita penyakit jantung dengan detak yang tidak beraturan, dapat memilih menggunakan cardioverter-defibrillators yang telah diimplan langsung ke dalam tubuh. Perangkat ini dijalankan dengan baterai kecil dan ditempatkan di dada untuk memantau detak jantung yang tidak normal. Selain itu, alat ini juga mampu menampilkan simulasi detak jantung apabila dirasa terlalu lemah, sehingga dapat memberikan peringatan pada pasien agar segera dilakukan penanganan, untuk mencegah kematian mendadak.


Alat Deteksi Penyakit Jantung

3. Sensor untuk Penderita Stroke

Bagi penderita penyakit stroke, terdapat sebuah perangkat yang memiliki sensor untuk mengukur pergerakan otot, yakni Electromyography (EMG). Perangkat ini membantu proses rehabilitasi pasien prostetik dan pasien pasca-rehabilitasi yang masih membutuhkan bantuan untuk mendeteksi dan mengontrol perkembangan otot setelah mendapatkan perawatan. Sensor EMG membantu memantau dan memperkuat kondisi otot dengan mengukur aktivitas yang terkait dengan kontraksi otot. Sensor nirkabel ini juga dapat menilai kondisi saraf dan respons otot di jaringan yang mengalami cedera, sehingga pasien bisa melihat perkembangan ototnya, dan segera memeriksakan diri apabila sewaktu-waktu membutuhkan penanganan dari dokter.


4. Monitor untuk Penderita Asma

Dalam kondisi yang normal, penderita asma tidak bisa mengetahui bahwa mereka sedang mengalami serangan sampai tingkat yang cukup parah. Hal ini dapat membahayakan nyawa pasien apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat. Obat-obatan mungkin dapat mengatasi serangan ini, tetapi pasien akan cepat merasakan kelelahan yang pada akhirnya akan menghabiskan energi mereka. Teknologi pemantauan asma cerdas dapat digunakan untuk memperkirakan serangan asma yang akan datang, bahkan sebelum pasien menyadari bahwa ia sedang mengalami gejala. Saat ini, ketika pasien bersin, batuk, sesak, atau kesulitan bernafas, penanganan dengan obat menjadi satu-satunya cara yang digunakan untuk mengurangi efek serangan asma. Penanganan ini tidak efektif karena hanya mengatasi permasalahan yang reaktif, sedangkan teknologi monitoring atau pemantauan asma merupakan Langkah prediktif dan preventif yang berguna untuk upaya pencegahan agar penderita asma tidak sampai mengalami kekambuhan yang parah.


5. Perawatan Bagi Penderita Kanker

Teknologi Kesehatan saat ini memungkinkan pasien untuk cukup beristirahat di rumah, tanpa harus datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan. Namun, istirahat di rumah tidak menjamin keadaan pasien lantas akan membaik, karena pasien justru akan merasa bosan karena tidak dapat melakukan aktivitas secara normal dan bebas.

American Society of Clinical Oncology atau ASCO, telah melakukan uji klinis secara acak dari 357 pasien yang menderita kanker leher dan kepala. Para peneliti menggunakan teknologi bluetooth dengan fitur pendeteksi berat badan dan tekanan darah, yang ditautkan ke dalam aplikasi untuk melacak gejala-gejala. Sistem ini secara otomatis akan mengirimkan update kondisi pasien kepada dokter setiap minggunya, untuk mengetahui perkembangan dan respon pasien terhadap perawatan yang telah dilakukan. Sistem ini bernama CYCORE.

CYCORE memungkinkan pasien, dokter, dan perawat yang melakukan pengobatan terhadap kanker ini untuk mendeteksi efek samping dan gejala yang muncul sejak dini, sehingga dapat ditangani secara cepat dan efisien. Dengan CYCORE, beberapa pasien menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan pasien lain yang melakukan kunjungan ke dokter secara konvensional.

1.181 tampilan

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page