Kasus gawat darurat seringkali terjadi ketika seseorang diserang penyakit serius atau kecelakaan secara mendadak. Keadaan ini tak jarang membuat kondisi korban bertambah parah, atau bahkan kehilangan nyawa. Kasus gawat darurat ini bisa terjadi kapanpun dan dimanapun, oleh karena itu, peran pekerja pertolongan pertama (First Responders) sangatlah penting karena di tangan merekalah, nyawa para pasien atau korban dipertaruhkan. First responders wajib bergerak dan mengambil keputusan dengan cepat demi menyelamatkan nyawa korban yang bisa saja hilang dalam hitungan detik.
Untuk menghadapi keadaan gawat darurat, perlu peralatan yang mumpuni untuk melakukan tindakan pertolongan pertama pada korban. Peralatan pertolongan pertama (Emergency Tools) yang menggunakan Internet of Things atau IoT, dapat membantu para tenaga kesehatan atau pekerja pertolongan pertama untuk penanganan yang lebih cepat dan akurat. Berbagai peralatan gawat darurat yang memanfaatkan IoT bahkan mampu digunakan untuk estimasi bencana, bahkan memprediksi wabah untuk meminimalkan jumlah korban dan mengurangi wilayah persebaran. Berikut ini adalah beberapa emergency tools dengan teknologi IoT:
Sadeem - Teknologi untuk Memprediksi Banjir
Layanan tanggap darurat atau emergency response, perlu selalu waspada untuk merespon bencana, baik itu bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, banjir, maupun bencana non-alam seperti wabah. Smart cities, atau istilah untuk kota pintar yang mengintegrasikan segala aktivitas masyarakatnya dengan teknologi, mengembangkan peralatan-peralatan canggih untuk memprediksi bencana agar lebih siap dalam melakukan mitigasi dan penanganan terhadap korban terdampak. IoT bisa menjadi solusi untuk membantu para petugas pemadam kebakaran, relawan, maupun paramedis untuk sigap memberikan penanganan di berbagai situasi, dalam waktu singkat.
Sadeem Technology, sebuah startup asal Arab Saudi, mengembangkan sebuah alat pendeteksi dan pemantauan banjir (flood monitoring) yang berguna untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat apabila terdapat peningkatan debit air. Teknologi ini berbasis sensor yang dapat mengukur ketinggian air di jalan raya, bahkan saat lalu lintas padat secara akurat. Manajer dari Sadeem Technology memvisualisasikan peta banjir dan perkiraan cuaca melalui sensor yang ditampilkan secara real time. Sensor ini juga dapat menampilkan hasil analitik canggih untuk membantu pengambilan keputusan yang cepat selama masa-masa kritis, seperti pengalihan rute kendaraan saat banjir, dan peta evakuasi.
AIME (Artificial Intelligence in Medical Epidemology) - Teknologi untuk Memprediksi Persebaran Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selama ini tidak bisa diprediksi secara tepat, hingga menyebabkan jumlah korban yang banyak. Untuk itu, ilmuwan bernama Dhesi Raja dari Institut Penelitian Medis Malaysia, mengembangkan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dapat memprediksi persebaran demam berdarah secara real time. Sistem berbasis AI ini dapat meneliti ratusan parameter, mulai dari kecepatan angin, hingga arsitektur atap daerah setempat untuk memprediksi di mana musim demam berdarah akan terjadi.
Melansir liputan6.com, para dokter dan tenaga kesehatan dapat langsung mengirimkan notifikasi saat terjadi demam berdarah, kemudian AIME akan melakukan pencarian dari 90 database dan 276 variabel yang mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut. Uji coba system ini telah dilakukan di Manila, Selangor, Penang, dan Rio de Janeiro. Berdasarkan hasil uji coba tersebut, tingkat akurasi AIME ada di angka 81 sampai 84 persen, yang kemudian membuat pemerintah Penang memutuskan untuk menggelontorkan dana sekitar US$ 120 ribu (sekitar Rp 1,6 miliar) untuk memakai system tersebut.
MyRESQR - Layanan Tanggap Darurat Kesehatan (Emergency Medical Response)
IoT memungkinkan layanan tanggap darurat dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dengan waktu respons dan tanggapan yang cepat sewaktu terjadi keadaan darurat seperti kecelakaan di jalan raya, serangan jantung, alergi, atau pencurian yang menyebabkan korban terluka, para tenaga kesehatan atau tim paramedis dapat segera memberikan penanganan yang tepat karena sudah diberikan peringatan dini sebelumnya.
Pengiriman ambulans yang tepat waktu sebelum terjadi kerumunan di sekitar tempat kejadian, dapat membantu para korban untuk mendapatkan perawatan dari tenaga medis secara cepat dan leluasa. Aplikasi pada smartphone yang menyediakan informasi dasar tentang pasien atau korban dapat membantu paramedis untuk membuat keputusan yang cepat dan tepat sesuai kebutuhan dan diagnosa pasien.
Sebuah startup di India bernama MyResQR mengembangkan solusi layanan tanggap darurat berbasis IoT ini. MyResQR menyediakan platform untuk menyimpan informasi medis pengguna termasuk riwayat operasi, alergi, implant dan pengobatan. Aplikasi ini dapat memicu layanan tanggap darurat seperti ambulans atau kepolisian saat terjadi kecelakaan. Bahkan, MyResQR juga menyediakan layanan bagi para pengguna lanjut usia, dengan transmisi geo-lokasi secara real time, untuk memudahkan para pengasuh yang kebetulan sedang memberikan perawatan, sehingga tidak perlu khawatir akan kehilangan pasiennya saat berada di luar rumah.
Abilisense - Teknologi untuk Membantu Mengatasi Gangguan yang Terjadi di Rumah Tangga
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemukan kejadian-kejadian yang seringkali mengganggu ketenangan, seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), anak-anak kecil atau bayi yang menangis, hingga orang-orang lanjut usia yang tinggal sendiri dan membutuhkan pertolongan medis segera. Keadaan-keadaan darurat seperti ini perlu mendapatkan respons yang cepat agar tidak membuat seseorang terluka, atau bahkan sampai kehilangan nyawa.
Algoritma yang dimiliki oleh teknologi Artificial Intelligence (AI) mampu mengenali suara (voice recognition) untuk memberikan responsa tau intervensi yang lebih cepat. Misalnya, algoritma yang dapat mengidentifikasi suara tembakan secara otomatis, dan langsung membunyikan alarm untuk memanggil layanan tanggap darurat.
Sebuah Startup bernama Abilisense asal Israel, mengembangkan solusi inovatif berbasis IoT dan AI untuk merekam, menganalisis, dan mengenali suara di lingkungan rumah, kantor, kota, serta di dalam transportasi umum. Sistem ini akan secara otomatis merekam dan menguraikan asal suara, misalnya kerusakan mesin, tembakan, atau bayi menangis, kemudian mengidentifikasikannya untuk memicu layanan tanggap darurat agar segera datang dan memberikan pertolongan. Teknologi ini dapat diaplikasikan di rumah untuk mendeteksi pencurian, meningkatkan keamanan, dan membantu perawatan lansia atau bayi.
Search and Rescue Hybrid Robot (SRHR) - Teknologi Pencarian dan Pertolongan Karya Anak Bangsa
Indonesia termasuk ke dalam ring of fire, di mana setiap tahunnya seringkali mengalami gempa bumi yang mengakibatkan banyak korban. Kelompok mahasiswa dari Program Studi Teknik Mesin Unika Atma Jaya membuat inovasi robot yang mereka namakan dengan Search and Rescue Hybrid Robot (SRHR). Robot ini dikembangkan khusus untuk memberikan bantuan pencarian dan pertolongan pasca gempa dengan mengirimkan sinyal informasi dan kondisi para korban di dalam reruntuhan. Robot ini juga dapat bergerak secaa dinamis dan masuk ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau.
Melansir Gatra, keunikan robot ini terletak pada sistem geraknya yang bersifat hybrid, dimana robot ini memiliki kemampuan untuk berjalan menggunakan kaki atau roda, yang dapat membantu mobilitas robot saat direjunkan ke lapangan. Robot ini memiliki komponen berupa motor yang berfungsi menggerakkan roda dan kaki robot. Tiap kaki robot membutuhkan tiga motor, artinya terdapat 12 motor untuk semua kaki pada robot SRHR. Juga terdapat satu motor yang berfungsi untuk roda pada tiap kaki, yang artinya terdapaat empat motor untuk semua kaki pada robot SRHR. Sumber tenaga dari robot ini menggunakan baterai LiPo.
Sistem komunikasi antar robot dan operator dapat menggunakan menggunakan teknologi nirkabel seperti teknologi telepon selular GSM atau CDMA. Lebih daripada itu, dengan kamera yang sudah disematkan, robot bisa mengirimkan gambar langsung dari lokasi bencana. Namun, saat ini SRHR masih dalam tahap pengembangan dan belum bisa digunakan secara komersil.